Manisku

Manisku, tahukah kamu, siapa yang setiap malam menangisimu diam-diam?
Menjerit di dalam hatinya
Pipinya menganak sungai
Mengalir ruap air yang tak lagi bisa dibendung

Oleh kedua mataku.

Manisku, siapa yang benar-benar kamu cintai?
Dia atau Saya?
Mulutmu boleh saja tak jujur tapi hatimu tak bisa berlama-lama menanam dusta.
Binar hampa di kedua bola matamu itu,
tak bisakah ia sirna oleh sosokku saja?
Masih damba kah kau pada perempuan itu?
Oh perempuan, kasihanilah manisku.
Yang mendamba penuh harap padamu
Yang dengan sepenuh hati dan hidupnya memuja
keindahanmu, kebaikanmu, kecantikanmu

Oh manisku, haruskah saja aku yang berpaling?








catatan malam penat tanpa maksud menghujat
siapa-siapa.

Dita Amalia,
28/05/17

Memoar

Resah kedua lenganku terpekur menanti sambutmu
gejolak menyapu seluruh tubuhku serupa api melalap habis apa-apa menjadi abu
meski begitu, akan kudekap kau lekat-lekat dalam sebuah ninabobo yang memabukkan
sampai kau terlena
dan aku terbuai dalam khayal yang kuciptakan sendiri.
Sebab malam tak mampu menepikan engkau padaku

Perihal Matamu #1

Aku pernah berangan-angan bagaimana tenggelam di matamu. Lautan paling beriak yang menghayutkan. Mata itu. Kenapa harus aku jatuh cinta pada sepasang mata indah itu? Tak bisa kurengkuh bahkan dalam nyanyian ombak paling syahdu. 

Tatapanmu surutkan aku

2017

Lama sekali ya rasanya aku tak bertegur sapa pada tulisanku yang mengendap ini. Sulit untuk memulai lagi kurasa.

Dia tahu, Dan Dia mengingatkan aku untuk menulis lagi setiap tahun berganti. Jadi, kupastikan bahwa tudingannya untuk tulisanku soal tahun baru adalah benar. Aku tergerak untuk menulis lagi.

Jadi, kita di sana. Di tempat tinggi yang kita sebut sebagai basecamp. Kita menunggu tahun berganti meskipun perasaan dari masing-masing kita telah bersarang dan akan tetap seperti ini. Kita duduk berdua menatap langit dan sorak sorai orang-orang yang sibuk mempersiapkan apa pun. Duduk berdua dengannya saja membuatku sangat bahagia. Kita menunggu sampai senja usai, disaput hitamnya malam dan manik-manik cahaya mulai menampakkan wujudnya di kejauhan.

Aku selalu suka menatapnya. Dia seperti seseorang yang sudah kukenal sangat  lama dari zaman dahulu kala. Tapi dia juga seperti seseorang yang baru, yang membuatku canggung karena setiap kali aku menatapnya, berkali-kali pula aku jatuh cinta.

Malam ini, ketika orang-orang sibuk untuk berfoto ria dalam kamera, cahaya-cahaya itu cukup kurekam saja dalam memori. Sebab, cukup bagiku menikmati malam penuh cahaya ini bersamamu. Detik yang melaju tak ingin kulewati hanya dengan berfoto mengabadikan momen tahun baru seperti orang-orang. Aku ingin momen ini tersimpan rapi dalam memori. Malam ini, kita abadi bersama lautan cahaya kembang api.

Terimakasih, Tuhan. Di tahun yang baik ini, kau mempertemukan aku dengan dia. Verso untuk Recto. Semoga di tahun yang baru ini, hingga tahun tahun berikutnya, Kau masih berkenan untuk membuatku selalu dekat dengan dia. Semoga Aku dan dia bisa melewati tahun-tahun berikutnya, bersama-sama. Selama lamanya.








Lalu kubisikkan kata-kata itu di sela-sela indra pendengarannya. Menelusup masuk ke gendang telinganya, sampai tepat di hatinya;
"...Aku mencintaimu..."


Dita Amalia
1 Januari 2017
(Baru terposting sekarang)

The Day After You Stole My Heart

Sejauh apapun kamu ingin kabur, aku akan menemukanmu.

Cukup katakan petunjuknya. Kucari kau kucari. Aku akan menemuimu disana.

Jadi, tunggu aku. Jangan lari.

Suatu hari setelah kamu curi sebagian dari hatiku

Segala hal menyentuhku

dan menyuruhku berbagi apapun

dengan kamu.

Akan lebih baik jika kita berdua bersama-sama, bukan begitu?

Kamu adalah jawaban

Dan aku telah menemukanmu

Maka jangan lari

Cukup temani aku disini

Jangan lari

Kamu pencuri

Kamu pemegang kunci hati

Maka jangan coba-coba lari

"But if it's true you're gonna run away

Tell me where, i meet you there"

Sebaik apapun kamu bersembunyi, aku akan menemukanmu. Sampai kamu hilang. Lagi.

 

"The day after you stole my heart,

everything touched me it would be better shared with you."

Kau bergema di setiap teriakan

Kau tertahan di ujung kata

Untuk aku mengatakan,

Aku mencintaimu

Oleh sebab itu, kau tak akan henti kucari

#Now playing Arctic Monkey-Fire and The Thud

(Hahaha baru ke posting sekarang)

Dear Verso

    Hai Verso!
Ini Recto mu.

Saya keukeuh ingin menemukan kamu. Saya keukeuh ingin merasa utuh.
Sebab yang saya butuhkan hanya seseorang yang melengkapi dan menggenapi. Yang mau berbagi tanpa merasa rugi. Yang bisa saling nyaman dan aman tanpa perlu merasa sungkan.
Yang bisa jadi cermin diri; refleksi yang relevansi. Yang membuat saya yakin bahwa tuhan memang menciptakan orang itu untuk saya.
Apakah keinginan ini terlalu muluk-muluk?
Saya beruntung bisa mengenal karya-karya Dee Lestari dan menemukan konsepsi 'soulmate' seperti Rectoverso ini.


Saya tidak ingin cepat-cepat menyimpulkan bahwa kamu orang yang tepat.
Siapapun bisa menjadi verso. Namun hanya yg saya rasa 'pas' yang bisa benar-benar menjadi verso
untuk saya.
Saya mencari dan terus mencari. Sampai  menemukan arti  entah itu hanya dalam setiap percakapan atau tindakan, barangkali. Sampai saya menemukan keutuhan diri saya tercermin di dirinya.


Mungkin versoku tidak berada jauh di luar sana. Tapi mungkin dia sangat dekat sampai saya
tidak sadar dan dia tak terlihat. Mungkin saya tidak perlu kemana-mana sebab dia sudah berada di depan mata.
Tapi saya ragu. Bagaimana jika apa yang saya lihat hanya ilusi belaka? Seperti oase di padang pasir yang semu disapu debu. Tapi saya ingin melihat bukan hanya dari kedua mata yang bisa saja buta. Atau mendengar lewat kedua telinga yang bisa jadi tuli. Saya ingin melihat keutuhan itu dengan seluruh keyakinan di dalam diri.




P.S : Dear verso,
Apakah kita tidak sadar bahwa mungkin kita sudah saling menemukan?
Saya tidak mau tersesat lagi karena terlalu sulit mencari.



Your Recto,
09/05/16

Kosong

Ingatanku berupa noktah noktah bercecer di loteng otak
Tapi kosong
Tak kutemukan makna apapun kecuali kegelapan

Semakin dalam aku mencari, semakin kelam yang kudapat.
tapi tetap.
tak kutemukan apa-apa


Kamu putih sekaligus hitam di kornea mataku.
Di kerubung kegelapan
Di sepersekian detik laju cahaya menuju entah
Hitam
Hilang
Tak terjamah

Dita A.
09/05/16