Jumat, 22 November 2013

13 november 2013

Diposting oleh dita amalia di 06.19
     Hari itu, bermili liter air dalam tampungan awan-awan tumpah ruah. Ia menjatuhkan segelintir air hujan. Angin pun berkoar berkelebat tak mau kalah. Lamat laun air-air hujan itu semakin ganas jatuh ke tanah. Disapu angin-angin nakal yang membawa hawa dingin menusuk kulit lalu merembes sampai ke tulang. Lengkap.
     Seorang ibu di pinggir jalan memberhentikan laju kendaraan yang kutumpangi. Ia mendekat, lalu berkata       "Saya cuma punya uang 2000, boleh ikut menumpang?" seruya dengan suara sedikit parau.
     "Ya. Naik." si supir berbaik hati. mungkin ia tak tega melihat perempuan berdiri kedinginan ditengah derasnya hujan.
     Lalu perempuan itu berjalan dengan ragu. lalu naik kendaraan yang juga kutumpangi dengan tertatih. dengan si kecil di gendongan dan si sulung di gandengan. Ia tampak muram. durja sepertinya; wajahnya hampir menangis. si kecil menggigil. bibirnya nyaris membiru. sang ibu mendekapnya lebih rapat lagi. si kecil lalu bergelung, berkemul dalam jarit tipis batik coklat tua. si sulung juga basah kuyup. ia memegang lengan sang ibu dengan kuat. Sang ibu hanya bisa merenung. sambil merengkuh kedua putrinya, berharap akan ada kehangatan yang bisa meredakan rasa dingin diantara keduanya. mata hitamnya berkilat berkaca-kaca. mungkin batinnya sudah menangis. namun hanya kilatan tipis yang tergambar di sudut matanya. Tapi, tak ada yang tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini. kecuali dingin. dingin. dingin. "Mama, aku kedinginan" Seru si Sulung.
     Kualihkan pandangan, tak kuasa aku melihat. kendaraan yang kutumpangi terus melaju. saatnya aku untuk turun. lalu aku beranjak, sambil melihat pemandangan penuh iba itu sekali lagi.













13 November 2013

1 komentar:

andri K wahab on 10 Februari 2014 pukul 22.20 mengatakan...

ilustrasinya bagus banget.

Posting Komentar

 

Chocodit Escape Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos