Saat itu aku sedang duduk di sebuah kendaraan
umum bersama temanku.
Di depanku duduk seorang laki-laki dengan jaket hitam.
Aku melihatnya. Wajahnya unik. seperti terdapat berbagai keindahan
disana.seperti gambaranku pada sesosok tokoh dalam novel yang sedang kubaca.
Aku meliriknya
berkali-kali. Maybe that's
love for the first sight. Tak berapa lama
kemudian, banyak penumpang masuk. Hilir mudik dari mulai ibu-ibu, sampai lansia, menyeruak ke dalam tuk memilih tempat duduk.
Dia pergi. Laki-laki
itu. Ia mengalah kepada seorang perempuan berambut gimbal yang sibuk dengan ponselnya.
Mengikhlaskan tempat duduknya untuk diduduki perempuan itu. Dia beranjak ke
belakang. Mataku mengekor langkahnya. Menyelidik apa saja yang dia kerjakan; dia hanya diam. Berkutat dengan fikirannya yang secara damai menatap keluar jendela. Tak berapa lama kemudian, Dia turun. Selang beberapa menit, aku pun turun.
Sampai di tempat
tujuan, aku masih mengingatnya. Mengingat jaket hitamnya, sepatu ketsnya. Juga
ketika di rumah, Aku mulai menciptakan dan memposisikan dirinya seperti
dalam tokoh novel yang sedang kubaca itu. Ke dalam khayalku, aku memikirkan
petualangan-petualangan absurd dan sekotak tujuan perjalanan yang mungkin suatu
saat bisa kubagi, dengan orang asing itu. suatu pemikiran bodoh yang seharusnya kutanggalkan.
Aku berdialog dengan
hatiku. Kenapa harus dia yang kuingat? padahal baru dalam hitungan jam
saja aku melihatnya. Itupun dalam keadaan tak disengaja. Tapi.. kalaupun memang iya
aku menaruh simpati, toh aku pasti bakal ketemu dia lagi. Hatiku menyimpulkan.
Benar saja. Ternyata,
Dunia memang sempit....
image from tumblr |
Dita Amalia,
31-08-14