Sudah kuputuskan dan aku gagal.
Ketika kamu menatapku, atau memanggil namaku, rasa itu menggertak lagi. Rasa itu kembali menelusup. Tumpah ruah dan aku tidak bisa menahan syaraf di otak untuk berhenti memikirkanmu.
Ketika otak berfikir: "Terlalu bodoh jika masih bersama." Hati masih enggan melepas. "Tahan... redakan ego. kamu harus bisa belajar memahami Dia." Kuturuti kata hati.
Mitosnya, perempuan lebih dominan menggunakan hati untuk mengambil keputusan ketimbang memakai otak. Beda dengan lelaki. Beda dengan Kamu. Kamu lebih mengikuti kata otak daripada hati.
Namun suatu hari, hatiku telah berkata "Cukup". Otak ku berkata lain. Ia masih menyimpan segala memori tentang kamu. Matamu, suaramu, gerak-gerikmu, kebiasanmu. Aku hafal betul. Dan Aku sulit untuk menolak lupa.
Hatiku ingin memintamu kembali, tapi otak ku berkata lain.
"Jangan!" Katanya. "Masih ada hal lain yang lebih penting dari Dia. Lagipula belum tentu Dia memikirkanmu, kan? Percuma! Capek kan diabaikan? Capek kan, berjuang sendirian? Hah! Belum tentu kamu yang menjadi satu-satunya!"
Dan sebagai perempuan yang terlalu banyak menggunakan hati (Sampai-sampai keseringan makan ati), kali ini, Aku harus belajar memihak pada otak. Entah yang akhirnya terjadi, Aku, atau kamu yang membunuh ego.
Yang jelas ntuk kali ini Aku tidak peduli lagi.
Bhak!
Persetan dengan otak maupun hati.
Aku pamit undur diri.
***
0 komentar:
Posting Komentar