Rabu, 28 Agustus 2013

curhat lewat lagu tulus-sewindu

Diposting oleh dita amalia di 07.56
Sudah sewindu ku di dekatmuAda di setiap pagi, di sepanjang harimu
tepatnya setengah windu. hampir. aku merhatiin kamu mondar-mandir dengan tangan yang selalu terselubung ke dalam saku celana. aku mengekor gelayut kaki kanan dan kirimu yang terayun seirama detak arloji yang melingkar di tangan kiriku.
Tak mungkin bila engkau tak tahuBila ku menyimpan rasa yang ku pendam sejak lama

kamu ga mungkin tau, bung. perasaan seperti apa yang  meletup letup bermunculan waktu secuil pedulimu bikin aku terjaga semalam suntuk. udah sejak lama ko. tapi kamu ga sadar itu.

Setiap pagi ku menunggu di depan pintuSiapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
aku menunggu di depan pintu kelas, saat itu, dua tahun lalu. waktu punggungmu masih dengan leluasa bisa kulihat. waktu aku masih bisa melihat detail pada baju seragammu yang kedodoran. melihat jaket abu-abu mu. melihat wajah kusut sedingin es itu. memaklumi ulahmu saat diomeli guru. Dua tahun yang lalu....aku menyambutmu di depan pintu kelas. tersenyum lebar. satu detik, dua detik, lima detik. kau tak hiraukan aku.
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manisDi setiap pagimu, siangmu, malammu
kau tersenyum. seperti panas sekian puluh derajat yang bisa membuat perasaan yang tadinya beku ini meleleh. mencair tak berbentuk lagi. tak terjabarkan lagi. entah apa namanya perasaan seperti itu. kau pasti tau
Sesaat dia datang pesona bagai pangeranDan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
hahahhaa dia datang. sang pangeran nona drama itu datang. biar kuperjelas. bukan pangeran. dia itu nona drama yang  terang-terangan ingin mencuri pehatianmu, lewat tingkah centilnya, lewat celotehannya yang terkesan dibuat-buat, lewat segala cara yang bisa membuatmu menoleh ke arahnya. dia yang memberimu harapan dan berharap kelak kau akan memberikan harapan sebaliknya. Dia yang ingin jadi kekasihmusejujurnya, aku pun ingin.
Dan kau lupakan aku semua usahakuSemua pagi kita, semua malam kita
Oh tak akan lagi ku menunggumu di depan pintuDan tak ada lagi tutur manis ku merayumu
Setiap pagi ku menunggu di depan pintuSiapkan senyum terbaikku agar cerah harimuCukup bagiku melihatmu tersenyum manisDi setiap pagimu, siangmu, malammu
Sesaat dia datang pesona bagai pangeranDan beri kau harapan bualan cinta di masa depanDan kau lupakan aku semua usahakuSemua pagi kita, semua malam kita
Oh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintuDan tak ada lagi tutur manis ku merayumuOh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintuDan tak ada lagi tutur manis ku merayumu
Jujur memang sakit di hatiBila kini nyatanya kau memilih diatakkan lagi ku sebodoh iniLarut di dalam angan-angan tanpa tujuan

hahahahhahhaa. aku menertawakan diriku untuk kesekan kalinya. sadar atas ketololan yang beranjak menapak kedalam angan-angan damba hampa stadium akhir.

Oh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintu
Dan tak akan lagi tutur manis ku merayumu
Oh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis ku merayumu
aku ga nunggu kamu di depan pintu kelasku lagi. cukup. aku ga bisa berbasa-basi membubuhkan kata-kata manis di setiap obrolan singkat kita. apa lagi mengobral bualan. cukup memperhatikanmu dari jauh. cukup melihat kakimu terayun menjauh. cukup. angan-angan itu hilang. seiring hilangnya bayangan punggungmu yang raib dibalik keramaian orang-- 


terimakasih, pernah mengisi kekosongan imajiku dalam waktu (setngah) windu C:
terimakasih, pernah mengisi kekosongan imajiku dalam waktu (setengah) windu,bung! C:

NB : yang warnanya oranye itu lirik lagunya tulus yang judulnya sewindu. kalian bisa download lagunya disini :)

3 komentar:

shofwah ulil aidi on 28 Agustus 2013 pukul 08.37 mengatakan...

harapan yang tak tersampaikan..
semoga kamu dapat yang terbaik ;)

Titis Ayuningsih on 28 Agustus 2013 pukul 18.15 mengatakan...

Mungkin, sama yang lainnya mbak :D

dita amalia on 29 Agustus 2013 pukul 05.24 mengatakan...

shofwan ulil aidi : iya.hehe. amin :D
Titis Ayuningsih : iya, masih banyak yang lain ko ka hehe :D

Posting Komentar

 

Chocodit Escape Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos